Real Steel (2011)
Directed by Shawn Levy 
Produced by Shawn Levy, Susan Montford, Don Murphy, Robert Zemeckis 
Written by John Gatins (
screenplay), Dan Gilroy, Jeremy Leven (
story), Richard Matheson (
short story, 
Steel) 
Starring Hugh Jackman, Dakota Goyo, Evangeline Lilly, Anthony Mackie, Hope Davis, Olga Fonda, James Rebhorn, Kevin Durand, Karl Yune 
Music by Danny Elfman 
Cinematography Mauro Fiore 
Editing by Dean Zimmerman 
Studio 21 Laps Entertainment/Angry Films/ImageMovers/Reliance Entertainment 
Running time 127 minutes
Country United States 
Language English
Real Steel yang mengisahkan  mengenai pertarungan antara para robot kemungkinan besar akan membuat  banyak penonton membayangkan berbagai adegan yang terdapat dalam 
franchise Transformers (2007 – 2011) milik Michael Bay. Namun, 
Real Steel sendiri merupakan sebuah film yang mendasarkan jalan ceritanya pada cerita pendek karya Richard Matheson yang berjudul 
Steel  (1956) dan lebih menekankan pada perkembangan hubungan antara karakter  ayah dan anak yang terdapat di dalam jalan cerita daripada mengumbar  berbagai adegan aksi. Pun begitu, Shawn Levy sebagai seorang sutradara  juga tidak serta merta meninggalkan sisi visual film ini dan turut mampu  menghadirkan deretan adegan aksi dengan pencapaian 
special effect yang jauh dari kesan mengecewakan. 
Jalan cerita Real Steel  berlatarbelakangkan waktu pada tahun 2020, dimana olahraga tinju tidak  lagi dilakukan oleh manusia, melainkan dilakukan oleh para robot yang  dikendalikan oleh para manusia dengan tujuan agar para robot yang  bertanding dapat bertarung habis-habisan. Dikisahkan bahwa Charlie  Kenton (Hugh Jackman) adalah seorang mantan petinju yang kini menjadikan  laga tinju para robot sebagai mata pencahariannya. Dan Charlie bukanlah  seorang pengendali robot yang baik. Robot yang ia kendalikan seringkali  mengalami kekalahan dan kehancuran yang ujung-ujungnya membuat Charlie  selalu berada dalam kesulitan finansial.
Pada suatu hari, mantan kakak iparnya,  Debra (Hope Davis), dan suaminya, Marvin (James Rebhorn), datang dengan  sebuah surat untuk meminta hak asuh penuh terhadap anak Charlie, Max  (Dakota Goyo), yang kini hidup seorang diri setelah ibunya meninggal  dunia. Melihat peluang bahwa ia dapat memperoleh aliran dana segar,  Charlie lalu ‘menjual’ Max kepada Marvin dengan persyaratan bahwa  Charlie mau menjaga dan merawat Max selama Debra dan Marvin berliburan  ke luar negeri. Dengan uang yang ia dapatkan dari Marvin, Charlie  akhirnya membeli sebuah robot baru yang akan ia gunakan untuk bertarung.  Namun, seperti yang dapat diduga oleh setiap penonton, bersamaan dengan  perjalanan waktu, hubungan Charlie dan Max secara perlahan mulai  menghangat.
Pada durasi awal film ini, Real Steel  murni menggambarkan buruknya karakter Charlie dalam kehidupan  sehari-harinya: suka berbohong, egois, tidak memiliki pendirian yang  tetap dan bahkan mau ‘menjual’ anaknya demi sejumlah uang. Beruntung  karakter Charlie Kenton diperankan oleh Hugh Jackman. Kharisma aktor  tampan asal Australia ini akan membuat penonton Real Steel  merasa sulit untuk membenci karakter Charlie Kenton seburuk apapun jalan  cerita film ini berusaha menggambarkan karakter tersebut. Transisi sisi  kehidupan karakter Charlie dari seorang yang berperangai buruk menjadi  seseorang yang memiliki wibawa dan tanggung jawab menjadi semakin mudah  ketika karakter Max yang diperankan Dakota Goyo memasuki jalan cerita.  Selanjutnya, akan sangat mudah bagi penonton untuk menebak arah cerita Real Steel yang sebenarnya.
Pun begitu, bukan berarti Real Steel tampil datar dan tidak menarik. Memang, jalan cerita mengenai seorang underdog  yang berusaha untuk mencapai tangga kemenangan merupakan sebuah premis  dasar yang dapat ditemui di setiap film-film bertema olahraga lainnya.  Namun dengan sentuhan modernitas yang dihadirkan lewat kehadiran para  karakter robot yang disajikan sebagai para petarung di film ini, Shawn  Levy berkesempatan untuk menghadirkan sebuah sisi cerita lain yang dapat  mempesona penonton, yakni sisi tampilan special effect film  ini. Dan benar saja, deretan robot yang dihadirkan berhasil tampil  meyakinkan. Dukungan produksi kelas atas dari bagian suara hingga gambar  semakin menambah gemilang pencapaian film yang berdurasi lebih dari 120  menit ini.
Dan adalah sangat menyenangkan mengingat  bahwa selain jalan cerita film ini yang merupakan sebuah fiksi belaka,  seluruh kandungan yang terdapat di dalamnya mampu dihadirkan begitu  nyata: mulai dari adegan-adegan pertarungannya hingga hubungan yang  terjalin antara karakternya. Benar bahwa pada beberapa titik,  sentimentalitas Real Steel terasa terlalu berlebihan. Namun  ketika semenjak awal penonton telah berhasil dibuat tertarik dan  memiliki hubungan emosional tersendiri dengan jalan cerita dan setiap  karakter di film ini, sentimentalitas kuat yang dihadirkan justru akan  terasa bagaikan sebuah kisah hidup yang dialami sendiri oleh setiap  penontonnya.
Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa Real Steel adalah sebuah film yang memiliki seluruh kualitas yang diinginkan Michael Bay untuk hadir dalam seri Transformers.  Shawn Levy mampu menghadirkan deretan kualitas produksi mulai gambar  hingga suara yang begitu tertata rapi dan terlihat meyakinkan. Di saat  yang sama, dramatisasi kisah film ini menjadikan Real Steel  tetap mampu menjalin hubungan emosional dengan para penontonnya. Deretan  pengisi departemen akting film ini juga mampu tampil memuaskan, dengan  Hugh Jackman dan Dakota Goyo berhasil memberikan daya tarik yang membuat  karakter yang mereka perankan begitu hidup. Real Steel adalah sebuah hiburan aksi yang berhasil mengimbanginya dengan jalan cerita humanis yang begitu terasa indah untuk diikuti.